| Judul Buku | MENYAMBUT KRISTUS DALAM DIRI PENGUNGSI DAN ORANG YANG TERPAKSA MENGUNGSI — Pedoman Pastoral |
| Deskripsi | Dikeluarkan oleh Dewan Kepausan untuk Reksa Pastoral Migran dan Perantau |
| Tanggal Terbit Dokumen | 06 Juni 2013 |
| Harga | Rp 25.000,- |
| Tebal Buku | 77 halaman |
| Ukuran Buku | 15 x 22 cm |
AKTUALITAS DOKUMEN INI:
Masalah migran, pengungsi, pengungsi dalam negeri (internal displaced persons), pencari suaka ataupun orang tanpa kewarganegaraan serta orang-orang telantar lainnya telah ada hampir sepanjang sejarah peradaban manusia. Akibat tiadanya keamanan dan kedamaian dalam suatu negara, orang-orang telantar ini pasti muncul. Gereja terus berusaha bekerja untuk membantu meringankan penderitaan orang-orang telantar dan terpaksa berpindah atau mengungsi ini melalui lembaga-lembaganya maupun dalam kerja sama dengan siapa saja yang berkehendak baik, baik di tingkat internasional, regional maupun lokal.
APA ISI DOKUMEN INI?
Dokumen ini ingin menyatakan bahwa Gereja menawarkan kasih dan bantuannya kepada semua yang terpaksa mengungsi tanpa melihat perbedaan, baik itu agama maupun latar belakang, dengan menghormati di dalam diri mereka martabat pribadi manusia yang tak tergugat. Komitmen Gereja terhadap para migran dan pengungsi dapat dikaitkan dengan cinta dan bela rasa Yesus, dengan memperhatikan kebutuhan spiritual serta pastoral mereka, juga mewartakan Injil cinta kasih dan perdamaian dalam situasi migrasi paksa. Mereka harus dijamin dengan proses yang semestinya, pengadilan yang wajar, dan hak dasar yang mereka perlukan untuk menjalani kehidupan yang bebas, bermartabat dan mandiri dan mampu untuk membangun hidup baru di dalam masyarakat yang lain.
UNTUK SIAPA DOKUMEN INI?
Dokumen ini berfungsi sebagai pedoman bagi para Gembala Gereja, organisasi-organisasi Katolik yang terlibat dalam berbagai program bantuan serta dukungan bagi para pengungsi dan orang-orang yang terpaksa mengungsi, semua umat beriman, dan semua laki-laki serta perempuan yang berkehendak baik yang terbuka untuk mendengarkan suara Gereja dalam membantu mereka untuk membangun “satu keluarga dari saudara dan saudari di dalam masyarakat yang semakin lebih banyak suku dan antarbudaya” dengan “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.”
