Pesan Natal KWI-PGI Tahun 2001

“HIDUPLAH SELALU DALAM DAMAI SEORANG DENGAN YANG LAIN”
(1 Tesalonika 5:13b)

Kepada segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus,

1. Tahun ini kita merayakan Natal dengan keprihatinan yang lebih mendalam daripada sebelumnya, sehubungan guncangnya perdamaian bangsa manusia. Dalam suasana yang sama pula saudara-saudari kita umat Islam merayakan Idul Fitri. Memang selayakya, apabila dari kedua perayaan itu kita berharap dapat memetik rasa damai di hati sekaligus terdorong untuk hidup dalam damai seorang dnenga yang lain

Hari Natal itu sendiri, yaitu kelahiran Yesus Kristus Raja Damai, sesungguhnya ditandai dengan pernyataan damai oleh para Malaikat: “Kemuliaan kepada Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk. 2:14). Namun, justru akhir-akhir ini kenyataan yang kita alami jauh dari suasana damai. Kekerasan cenderung menjadi kebiasaan. Bermacam-macam bentuk kekerasan kian canggih dan dahsyat. Wujudnya mulai dari kekerasan fisik yang tampak antara lain dalam rupa peperangan dan aksi-aksi teror sampai kepada kekerasan mental yang tampak dalam diskriminasi, penindasan, dan ketidakpedulian terhadap kaum lemah. Semua bentuk kekerasan tersebut menginjak-injak nilai kemanusiaan serta menyebarkan penderitaan. Kekerasan dibalas dengan kekerasan, pembantaian terhadap sesama manusia merebak dengan sangat kejam dan tidak mengenal tempat, bahkan tempat-tempat ibadah pun menjadi sasaran.

Kekerasan juga menyebarkan benih-benih kebencian, sehingga umat manusia dikotak-kotakkan dalam posisi kepentingan kelompok yang lain. Atas nama agama dan Tuhan, sesama manusia dibantai sehingga nilai-nilai agama yang luhur malah dihancurkan.

2. Kecuali kekerasan-kekerasan tersebut, suasana hati yang tidak damai telah melahirkan nafsu serakah yang tidak pernah terpuaskan. Nafsu serakah tersebut telah menyebabkan perusakan alam lingkungan, karena sikapnya yang tidak peduli terhadap pelestariannya buat keturunan mendatang. Banyak daerah menjadi tandus, jalur-jalur hijau menjadi gersang, kicau burung dan derap margasatwa semakin menghilang dari kota dan desa. Alam menjadi tidak ramah, banjir dan badai semakin sering mengunjungi manusia dan mendatangkan kemelaratan. Pencemaran lingkungan hidup ada di mana-mana dan mendatangkan penyakit. Penderitaan sendiri telah menjadi masalah bersama umat manusia, yang menembus batas-batas agama, etnis dan gender. Tambahan pula, pada saat ini kita rasakan hampir tidak adanya perlindungan hukum bagi kaum lemah, bahkan sitausi itu diperparah oleh rekayasa dan kesewenang-wenangan penguasa.

Semua peristiwa itu mengingatkan kita kembali kepada kisah dosa pertama yang menyebabkan manusia kehilangan damai. Manusia menjadi takut dan bersembunyi dari hadapan Tuhan (bdk. Kej. 3:10). Alam yang tadinya ramah menjadi tidak bersahabat, karena terkutuk bagi manusia. Tentang hal ini Firman Tuhan mengatakan: “Semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkan bagimu; dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan kembali menjadi debu” (Kej.3:17-19). Demikianlah, dosa telah merusak hubungan damai dengan Tuhan, sesama, maupun dengan alam ciptaan. Di samping itu, gambar Allah menjadi rusak di dalam diri manusia, setelah ia terusir dari Taman Eden (bdk. Kej. 3:23). Akibatnya, manusia tidak luput dari kesalahan dalam mengolah alam ciptaan yang sudah terkutuk itu. Kita menyadari bahwa telah terjadi kemerosotan gambar Allah di dalam diri manusia dan alam ciptaan.

3. Ketika dunia dan alam semesta terancam tergeletak mati dan tidak ada lagi kehidupan, yaitu ketika kita semua merasakan dahsyatnya angkara murka dan betapa sulitnya menegakkan keadilan buat kelompok-kelompok yang bertikai seperti Amerika dan Afganistan, Ambon, Poso, Aceh, kita menjadi sadar akan kebaikan Allah dalam peristiwa Natal. Kita bertemu dengan kelembutan dan kasih sayang-Nya. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16).

Dalam Yesus kita bertemu dengan kepedulian dan pengorbanan Allah tanpa pamrih sekaligus upaya yang paling tulus untuk memulihkan gambar yang sejati tentang Allah. Dengan demikian, Kristus telah mewujudkan dalam diri-Nya kebenaran Kitab Suci bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (bdk. Kej. 1:26-27). Karenanya, bumi pun merasakan sentuhan Tuhan, sehingga kita diingatkan kembali bahwa alam ciptaan Tuhan adalah baik menurut pandangan Allah (bdk. Kej.1:10). Semua ciptaan Tuhan memperlihatkan gambar Allah “Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm.19:2).

Peristiwa Natal sendiri merupakan maklumat damai dari Allah. Wujud perdamaian dari Allah ialah penjelmaan Yesus Kristus. Sebab, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran-pelanggaran kita (bdk. 2Kor. 5:19a). Adapun Yesus sendiri memaklumkan bahwa mereka yang mengusahakan perdamaian adalah anak-anak Allah (bdk. Mat. 5:9). Kemudian, pada akhir hidup-nya di dunia ini, Yesus berulang kali memberikan salam damai kepada para murid-Nya dan meninggalkan damai bagi mereka (bdk. Yoh. 14:27). Atas dasar itu semua kita percaya bahwa setiap upaya perdamaian mempunyai dasarnya yang kuat dan akan menang karena dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Maka, menjadi tepat waktu bila saat ini kita menindaklanjuti amanat perdamaian sebagai difirmankan: “Hiduplah selalu dalam damai, seorang dengan yang lain” (bdk. 1Tes. 5:13b). Hal itu berarti kita harus mengatakan tidak terhadap kekerasan! Kita perlu mencegah penggunaan pedang kekerasan, akan tetapi sebaliknya, hendaknya menjadi saksi perdamaian. Kita prihatin sebab sudah terlalu banyak orang yang menjadi korban, bahkan termasuk mereka yang tidak berdosa. Oleh sebab itu, kita harus mengusahakan agar mereka tidak ada lagi korban. Tugas kitalah menyebarkan benih-benih cinta dengan menjadi pelaku perdamaian, seperti yang diperbuat oleh Yesus. Kita upayakan supaya luka-luka disembuhkan, mata rantai dendam dan benci diputus, dan nilai-nilai pengampunan ditanamkan. Hendaknya kita senantiasa mewartakan perdamaian, juga apabila dimusuhi, sebagaimana difirmankan: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:21).

4. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudnyatakan amanat damai Natal, marilah kita:

• Melakukan pertobatan hati dan mewujudkan hidup damai dengan siapa pun, serta menghayati pola hidup sederhana serta menjauhi sikap boros yang dapat merusak alam ciptaan;

• Menjauhi setiap tindak kekerasan dengan mengedepankan dialog dan dengan tulus menerima perbedaan pendapat serta bijak dalam mengolah setiap konflik untuk menuju kepada kebenaran dan perdamaian sejati antarmanusia dan kesejahteraan yang berkeadilan;

• Mendukung dan ambil bagian dalam gerakan-gerakan perdamaian tanpa memandang latar belakang keturunan, suku atau agama;

• Mengupayakan adanya kecintaan akan alam ciptaan dan pelestariannya sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Tuhan dan sesama;

• Mengusahakan musyawarah-musyawarah, seminar, tulisan, pentas seni maupun pawai-pawai yang mengungkapkan perdamaian dan kecintaan akan alam ciptaan.

Akhirnya, marilah kita kalahkan kebiasaan kekerasan dan kebencian dengan budaya ramah dan damai. “Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain; perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang” (1Tes. 5:13b, 15). Kita yakin kasih dan damai akan mengalahkan segala-galanya. Kita berharap sekali kelak kita akan mengalami: “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing, anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya” (Yes.11:6).

Kami sampaikan selamat merayakan Hari Natal Tahun 2001, dan selamat memasuki Tahun Baru 2002, dan marilah kita sampaikan juga kepada saudara-saudari umat Islam ucapan Selamat Idul Fitri 1422 Hijriah.