Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1999

“BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMBAWA DAMAI …”
(Matius 5:9a)

Kepada segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus,

1. Kita bersyukur dan berbahagia karena kita dapat merayakan Hari Natal, hari peringatan kelahiran Yesus, Juruselamat Dunia. Dalam dunia yang diwarnai kekerasan, pertentangan dan permusuhan, kehadiran Natal yang penuh dengan kedamaian, kasih dan persaudaraan amat didambakan oleh seluruh umat. Pujian utusan surgawi memberikan suasana damai dan sejuk: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2:14).

Kidung para malaikat itu menegaskan kerinduan setiap manusia akan situasi damai, kasih, kebersamaan, kesejahteraan, rekonsiliasi, kerukunan kembali sebagaimana terungkap dalam kata “syalom”, “salam”, damai sejahtera. Hanya dalam suasana yang penuh kedamaian dan ketenangan, jauh dari perseteruan dan permusuhan dapat dibangun suatu kehidupan yang bermutu.

Namun damai sejahtera tidak datang begitu saja, melainkan harus diupayakan bahkan diperjuangkan dengan susah payah. Itulah sebabnya Yesus memuji mereka yang membawa damai, yang memperjuangkan kerukunan dan persahabatan. Mereka itu sangat dikasihi Allah, sehingga disebut sebagai anak-anak Allah. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9). Ibadah kepada Tuhan akan menjadi lebih bermakna jika disertai dengan upaya untuk menciptakan perdamaian (Matius 5:23-24)

Dia menasihati para pengikut-Nya agar jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi menanggapinya dengan kesediaan mengampuni dan memaafkan kepada mereka yang memusuhi dan yang berbuat jahat; Ia menganjurkan agar kita mengasihi mereka, mendoakan mereka di hadapan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Yesus mengajak kita untuk meneladani Allah sendiri yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik, menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar (bdk. Matius 5:38-39, 43-45).

Yesus datang membawa damai; Ia mendamaikan manusia dengan Allah, dan mendamaikan manusia dengan manusia. Dia inilah Raja Damai sebagaimana yang dinubuatkan para nabi; pemerintahan-Nya didasarkan pada keadilan dan kebenaran, tidak berkesudahan dan mencakup sekalian bangsa (bdk. Yesaya 9:5-6). Dalam diri Yesus Kristus nubuat itu terpenuhi bahkan memiliki makna sejati (bdk. Efesus 2:14).

2. Hikmah Natal untuk membawa damai, sejiwa dengan semangat perayaan Yubileum Agung yang dirayakan pada tahun 2000, yaitu semangat rekonsiliasi. Kelahiran Yesus Kristus menjadi titik awal terwujudnya suasana damai dan rekonsiliasi tersebut yang didambakan oleh bangsa kita, yang kini tengah menapaki era reformasi di segala bidan kehidupan.

Bertolak dari pengalaman hidup berbangsa, jelas bahwa kebenaran dan keadilan merupakan syarat mutlak terwujudnya sitausi damai dan sejahtera. Mengabaikan kedua hal itu akan menciptakan damai yang semu, yang dapat memicu timbulnya ketidakpuasan dan kerusuhan. Peryaan Natal mendorong kita mewartakan Yesus, Raja Damai, terutama dengan menghayati dan mewujudkan perintah-Nya untuk membawa damai dan mewujudkan rekonsiliasi. Kita diingatkan untuk mengupayakan apa yang adil dan benar, menjauhkan diri dari sikap saling curiga, sebaliknya memupuk sikap saling percaya dan menghargai.

Semangat membawa damai dan rekonsiliasi kita wujudkan dalam berbagai lapisan. Kita mulai dari lingkungan keluarga, rukun tetangga, dusun, hingga wilayah dan lingkungan yang lebih luas, bahkan hingga di tingkat nasional dan internasional. Seiring dengan itu, kita berusaha menciptakan dan mendukung kerja sama antargolongan dan keyakinan yang berbeda-beda untuk mewujudkan masyarakat yang lebih damai, adil dan bersatu. Patutlah kita upayakan sungguh-sungguh pelestarian kesatuan bangsa, menghargai hak asasi mausia, memperkecil kesenjangan sosial, dan melakukan upaya-upaya lain yang sejalan dengan cita-cita gerakan reformasi. Perlu terus ditumbuhkan sikap terbuka yang memungkinkan kita dengan tulus menerima orang-orang lain yang berbeda dalam sikap politik, agama, ras dan golongan, sebagai sesama yang mempunyai martabat, hak dan kewajiban sama.

3. Di tengah luapan syukur dan sukacita yang mewarnai perayaan Natal 1999, kami mengajak umat Kristiani Indonesia untuk memperhatikan hal-hal berikut:

Pertama agar peristiwa Natal memberi kita inspirasi untuk terus-menerus menggalang hubungan dan kerja sama dengan semua komponen bangsa dalam membangun Indonesia yang bersatu, damai, adil dan sejahtera, yang memberi tempat bagi kemajemukan dan menghargai harkat serta martabat manusia;

Kedua, agar peristiwa Natal memberi visi baru bagi Gereja-gereja dan umat Kristiani Indonesia untuk mewujudkan keesaan di semua aras sehingga potensi umat Kristiani dapat lebih didayagunakan sebagai tanda syukur menyambut hadirnya abad baru yang telh disediakan Allah;

Ketiga, agar peristiwa Natal semakin memperkuat iman dan mendorong kita untuk menciptakan, memperjuangkan, membawa dan mewujudkan damai sejahtera di tengah kehidupan masyarakat yang sedang berubah.

Dalam suasana Natal yang penuh bahagia ini kami mengajak seluruh umat Kristiani baik yang berada di Indonesia maupun yang berada di luar negeri untuk tekun berdoa bagi masyarakat, bangsa dan negara, khususnya bagi Pemerintah Republik Indonesia yang baru, agar diberkati oleh Tuhan Yang Mahakuas dalam mengatasi krisis bangsa yang dihadapi, sehingga keadilan, perdamaian dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat dapat terwujud.

Demikianlah Pesan Natal kami. Kiranya Tuhan Yesus Kristus senantiasa mengaruniakan damai sejahtera, hikmat kebijaksanaan, dan sukacita di tengah kehidupan kita, saat-saat memasuki masa depan baru yang lebih ceria dan penuh pengharapan dalam kuasa Tuhan Yesus Kristus.

Selamat Merayakan Natal 25 Desember 1999
&
Selamat Tahun Baru 1 Januari 2000

Jakarta, awal Desember 1999