Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1997

“LIHATLAH, AKU MENJADIKAN SEGALA SESUATU BARU”
(Wahyu 21:5)

Segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus,

1. Hari-hari ini dengan penuh syukur kita rayakan kelahiran Yesus Kristus. Kita kenang kembali sebuah peristiwa besar dalam sejarah dengan penuh keharuan dan kegembiraan. Keharuan, karena Ia yang disebut “Juruselamat, Kristus, Tuhan” (Luk. 2:11), terbaring di palungan (Luk. 2:7), lemah, papa, dan tanpa daya. Ia “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:6-7). Kegembiraan sekaligus rasa bangga, karena kelahiran-Nya mengemban tugas pengutusan, yaitu “menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, untuk memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).

Apa yang dikerjakan Yesus dalam seluruh rentang hidup-Nya di dunia, tatkala Ia menyembuhkan orang sakit, membebaskan orang dari kuasa kejahatan, memberikan penghiburan kepada orang-orang yang dililit penderitaan, adalah tanda mulai terlaksananya firman Tuhan: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (Why. 21:5). Gerak pembaruan yang dilaksanakan Yesus Kristus akan berlangsung terus dan mencapai kepenuhan, sebagaimana dinubuatkan Nabi Yesaya” “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan Allah akn menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab Tuhan mengatakannya” (Yes. 25:8).

2. Keyakinan akan tindakan Allah ini memberikan penghiburan, penguatan, peneguhan arah dan perspektif kepada kita, dalam menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan di tengah-tengah sejarah masa kini. Allah yang kita panggil Bapa dalam Kristus Yesus adalah Allah yang penuh kasih dan perhatian, yang tidak menginginkan umat terpenjara dalam kemapanan yang beku, dalam cengkeraman kehidupan lama, melainkan terbuka terhadap perubahan. Perubahan dan pembaruan itu perlu ditampakkan terutama dalam bidang yang menyangkut nilai-nilai kemanusiaan yang tidak diindahkan, dalam tindakan dan perilaku yang menunjukkan gejala-gejala kemerosotan moral yang memprihatinkan, ataupun dalam hidup berkeluarga yang kadang tidak lagi memperhatikan martabat dan kesucian.

Allah sungguh peduli terhadap kehidupan manusia dan dunia. Ketika terjadi gangguan dalam relasi antar manusia, ketika terjadi kesenjangan dan kerusakan dalam komunikasi manusia dengan Allah, ketika manusia tidak lagi ramah terhadap lingkungan, bahkan dengan nafsu serakah ingin mengurasnya, sehingga menimbulkan gangguan asap yang merugikan banyak pihak, maka Allah berkenan datang menghampiri manusia melalui kelahiran Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus. Allah yang selalu menginginkan segalanya baik, yang menolak segala kemapanan itu, adalah Allah yang bersabda: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (Why. 21:5).

Sejak semula Allah memberikan perhatian penuh bagi terwujudnya pembaruan. Umat Kristiani dipanggil-Nya untuk menjadi ciptaan baru (bdk. 2Kor. 5:17), yang diperbarui di dalam Roh dan pikiran dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (bdk. Ef. 4:23, 24). Upaya umat kristiani untuk mewujudkan pembaruan dalam berbagai segi kehidupan pada masa kini, mempunyai keterkaitan dengan masa depan, sebuah dunia baru yang di dalamna ada kebenaran, ada keadilan, ada damai sejahtera sepanjang masa (bdk. 2Ptr. 3:13).

Di tengah-tengah perasaan khawatir dan nyaris putus asa, yang acapkali mewarnai kehidupan kita, pernyataan: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” memiliki makna yang amat besar. Janji itu memberi kekuatan baru bagi umat untuk bangkit dan bertindak, menapaki jalan-jalan baru, yang telah dirintis Allah, menyongsong masa depan dengan penuh sukacita dan pengharapan. Janji itu sekaligus mengajak kita untuk secara aktif mengambil bagian dalam meneruskan proses pembaruan, yang dilakukan Allah dalam Kristus, sehingga dambaan “langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran” (bdk. 2Ptr. 3:13), lekas terwujud.

3. Bertolak dari keyakinan, bahwa Allah memperbarui segalanya, marilah kita merayakan Natal dengan membulatkan tekad:

• Bersama semua orang yang berkehendak baik, kita terpanggil untuk tidak hanya menghindari sikap serta tindakan yang dapat memicu permusuhan dan perpecahan, melainkan semakin giat mengusahakan terciptanya perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebersamaan dan kerukunan.

• Bersama seluruh warga masyarakat kita pupuk persaudaraan sejati antara umat beragama, khususnya dengan menghormati saudara-saudara beragama Islam yang akan menunaikan ibadah puasa dalam waktu dekat ini; kita kembangkan wawasan kebangsaan dengan menciptakan iklim dan suasana kondusif bagi suksesnya pelaksanaan Sidang Umum MPR 1998, yang di dalamnya akan ditetapkan arah serta haluan negara dalam menyongsong era baru.

• Bersama semua saudara seiman, kita semakin menyadari tanggung jawab kita untuk senantiasa dan terus menerus membarui diri, motivasi dan tekad, sehingga mampu memberi sumbangan bermakna bagi terwujudnya pembaruan dalam tata moral, ekonomi, politik, sosial dan bidang-bidang kehidupan yang lain.

Marilah kita merayakan Natal dengan penuh kegembiraan dan sukacita. Kita mengambil hikmah dari kedatangan Kristus demi kehidupan dengan Allah, kerukunan dengan sesama serta kebersamaan dengan segala makhluk dan dengan lingkungan, sambil menantikan kedatangan Kristus kembali dalam kemuliaan. Dialah yang akan menyelesaikan dan menyempurnakan karya pembaruan yang telah dirintis-Nya, sehingga terlaksanalah firman-Nya: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (Why. 21:5).

Selamat merayakan Natal 1997
&
Selamat memasuki Tahun Baru 1998

Jakarta, Desember 1997