Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1993

“AKU HENDAK MENYANYIKAN KASIH SETIA TUHAN SELAMA-LAMANYA”
(Mazmur 89:2)

Kepada segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus,

1. Kita merayakan Natal dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur. Banyak karunia yang telah kita terima dari Allah.  Dan, pada saat ini kita memperingati anugerah-Nya yang paling agung dan mulia: Yesus Kristus sendiri. Maka bersama pemazmur kita mengucap: “Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun” (Mzm. 89:2).

Jika kita perhatikan dengan saksama, Natal dikelilingi oleh peristiwa-peristiwa yang mengungkapkan kesetiaan. Pertama-tama, Allah sendirilah yang membuktikan kesetiaan-Nya dengan menghadirkan Sang Juru Selamat di tengah umat-Nya. Maria setia kepada ikrarnya: “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Lukas 1:38), sekalipun itu berarti melahirkan Anaknya di dalam sebuah kandang, mengungsi ke Mesir, dan mendaki Bukit Kalvari. Yusuf memperlihatkan, betapa ia setia terhadap Maria, juga di saat-saat yang sulit (Matius 1:18-20). Mereka memperlihatkan kesetiaan kepada pemerintah waktu itu dengan mengikuti pendaftaran penduduk (Lukas 2:1-5); mereka setia kepada hukum Taurat, dengan membawa dan menyerahkan Putranya kepada Allah (Lukas 2:21-24). Kanak-kanak Yesus juga menampakkan kesetian-Nya kepada Allah, sewaktu kedua orangtua-Nya mencari-Nya: “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada dalam rumah Bapa-Ku?” (Lukas 2:52). Beberapa peristiwa itu menunjukkan jiwa dan semagant kesetiaan yang mewarnai peristiwa Natal: kesetiaan Allah kepada manusia, kesetiaan manusia kepada Allah, yang merupakan suatu keharusan; juga kesetiaan kepada pemerintah demi kepentingan umum, kesetiaan kepada sesama, baik anggota keluarga, maupun sesama anggota masyarakat.

2. Dalam merayakan Natal ini, kita disadarkan akan pentingnya nilai kesetiaan, terutama dalam lingkup keluarga. Kesetiaan merupakan dasar dan landasan yang kukuh dari keluarga yang bertanggung jawab. Kesetiaan adalah konsekuensi dari janji pernikahan, untuk saling berbagi kasih dalam untung dan malang, dalam suka dan duka. Melalui pernikahan itu terjalinlah persekutuan hidup dan kasih suami-istri, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dimaksudkan untuk mencerminkan dan mewujudkan kesatuan kasih antara Kristus dan jemaat (bdk. Efesus 5:22-23). Kesetiaan memberikan jaminan lestarinya kerukunan, ketentraman, kedamaian, dan cinta kasih di antara suami-istri, antara orangtua dan anak, dan antara anak dan sesama saudaranya. Kesetiaan memungkinkan terlaksananya peranan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai budaya bangsa, yang mendukung pembangunan. Kesetiaan, juga menjamin terlaksananya kewajiban orangtua menjadi manusia-manusia yang berguna bagi gereja dan masyarakat. Betapa banyak kepedihan dan kesedihan yang harus ditanggung oleh anak-anak mereka, yang terpaksa menyaksikan ayah ibu mereka tidak rukun, tidak saling mengasihi. Sebaliknya, alangkah senang dan bangganya anak-anak, bila mereka dapat menyaksikan ulang tahun pesta perak atau pesta emas perkawinan orangtua mereka. Suatu tanda bahwa orang tua mereka sudah sekian lama saling mencintai, kendati banyak rintangan dan kesukaran yang harus dihadapi.

3. Kesetiaan juga sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat. Kesetiaan terhadap cita-cita bersama dalam berbangsa dan bernegara memungkinkan semua golongan dapat mencapai tujuan bersama. Kecuali itu, berbagai segi hidup bermasyarakat menuntut sikap setia. Pada pelantikannya, seorang pejabat, seorang pegawai, atau seorang karyawan mengucapkan sumpah jabatan atau janji. Jelaslah bahwa sumpah jabatan atau janji semcam itu bukan hanya sekadar upacara seremonial, tetapi juga merupakan kesanggupan untuk menghindari segala bentuk penyalahgunaan tugas dan wewenang dan hal-hal yang merugikan orang lain. Pelbagai pekerjaan juga membutuhkan kesetiaan untuk menjamin berhasilnya profesionalisme, yang akhir-akhir ini banyak dituntut. Kesetiaan dalam profesi ini, di satu pihak menghindarkan orang dari sikap masa bodoh dan acuh tak acuh, di lain pihak memacu untuk melaksanakan tugas dengan konsekuen, sehinga menghasilkan buah-buah yang melimpah. Kesetiaan kepada tugas jabatan, dan pekerjaan ini sangat penting bagi upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama, yang didambakan semua warga negara.

4. Sehubungan dengan perayaan Natal ini, kami mengharapkan:

• Agar keluarga-keluarga Kristiani semakin menyadari peranannya dalam masyarakat sebagai ragi dan garam, lewat kesetiaan dan kerukunan dalam rumah tangga mereka. Di tengah arus yang terlalu menekankan kebebasan dan kemandirian, keluarga-keluarga kristiani dapat mewujudkan dan memperlihatkan tingginya mutu kesetiaan. Mereka terpanggil untuk terus-menerus mengembangkan kesetiaan, kerukunan, dan kasih dalam keluarga.

• Agar umat Kristiani sebagai warga gereja, masyarakat, bangsa dan negara, semakin merasa terpanggil untuk mewujudkan kesetiaan itu dalam lingkup pekerjaan dan tugasnya masing-masing. Setia kepada etika kerja dan profesi ini dapat memberikan sumbangan berharga kepada kita, supaya mudah slaing percaya dan suka bekerja sama.

• Agar kita semakin terpacu mewujudkan kesetiaan itu dalam segala tingkah laku, dan cara berpikir kita, berkat suri-teladan keluarga di Nazaret; sehinga semangat Natal tidak berhenti dengan padamnya lilih-lilin, layunya pohon Natal, melainkan terus-menerus membara untuk waktu-waktu mendatang.

Jika kita sungguh-sungguh mengusahakan kesetiaan itu dalam keluarga dan juga dalam masyarakat, maka kita dapat mengandalkan bantuan dan pertolongan Allah sendiri, sebagaimana diungkapkan dalam Mazmur 103:17-18:

“Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya, dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya”.

Demikianlah pesan dan harapan kami. Kiranya Tuhan selalu berkenan mendampingi segala langkah hidup kita dengan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah.

Selamat merayakan Natal 1993
dan
Selamat memasuki Tahun Baru 1994

Jakarta, Desember 1993