Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1992

“KASIH KARUNIA ALLAH YANG MENYELAMATKAN SEMUA MANUSIA SUDAH NYATA”
(Titus 2:11)

Segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus,

Ketika peristiwa Natal kita rayakan, berita sukacita tentang kelahiran Yesus Kristus kembali menyapa kita semua. “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10). Berita sukacita telah mendorong orang-orang sederhana seperti para gembala untuk bergegas pergi menjumpai-Nya dengan pengucapan syukur serta puji-pujian kepada Allah. Namun, ada pula orang-orang yang menolak kedatangan-Nya: Raja Herodes berupaya membinasakan-Nya, para tokoh agama tidak mengakui-Nya, karena mereka tikda memahami makna kehadiran Yesus Kristus. Ia adalah keselamatan, terang bagi bangsa-bangsa, serta kemuliaan bagi umat milik-Nya (Luk. 2:31-32). Ia adalah Firman yang telah menjadi manusia (Yoh. 1:14a), dan datang untuk membarui segala sesuatu (Why. 21:5). Yesus Kristus inilah wujud nyata kasih Allah yang menyelamatkan serta membawa manusia ke dalam hidup baru yang penuh damai sejahtera.

Merayakan kelahiran Kristus harus berarti menyambut kasih karunia Allah, lalu memasuki Hidup Baru, yaitu hidup dipenuhi oleh kebijaksanaan, cinta pada keadilan dan taat beribadah (lih. Titus 2:12). Sesungguhnya, kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia itu telah ditampakkan di tengah-tengah kenyataan hidup manusia dan masyarakat Indonesa, tetapi kesempurnaannya belum dapat dimiliki karena kita masih dikuasai juga berarti bersedia memberikan dan meyakinkan orang tentang datangnya kasih-karunia Allah yang menyelamatkan itu (Titus 2:15), dengan penuh keyakinan dan pengharapan kepastian dan keberanian, di tengah-tengah pergumulan nyata bangsa kita.

Kita masih bergumul untuk membarui sikap hidup dan cara berpikir, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat; kita pun masih bergumul untuk membarui hubungan antarmanusia yang sering menjadi sumber ancaman bagi persatuan dan kesatuan, di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa kita yang sangat beragam ini.

Kita juga merasakan gejala berkembangnya sikap fanatik sempit terhadap suku, agama, ras atau golongan, yang mengesampingkan kenyataan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarkat majemuk.

Kita masih menghadapi tantangan untuk membarui hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya yang kurang serasi, yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dengan dampak yang membahayakan kehidupan dan bumi kita, seperti penebangan hutan yang semena-mena.

Selain kita menghadapi pergumulan dan tantangan dalam meningkatkan pemerataan serta mutu pendidikan, baik pendidikan di sekolah-sekolah mapun pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Pendidikan itu penting bagi pembentukan kualitas hidup, baik dalam hidup susila, spiritual maupun intelektual.

Tantangan lain yang masih kita hadapi adalah kenyataan adanya pergeseran nilai-nilai yang disebabkan oleh dinamika perubahan masyarakat, baik dalam lingkup nasional maupun dunia. Kita pun menghadapi tantangan yang muncul dalam rangka penegakan hak-hak asasi manusia, kebenaran dan keadilan, serta demokrasi dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dalam seluruh proses pembangunan.

Tantangan-tantangan dari pergumulan-pergumulan ini akan berkembang besar sewaktu bangsa kita memasuki era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua yang mengandalkan kualitas manusia di segala bidang kehidupan.

Karena itu, sebagai orang-orang yang telah menerima kasih karunia Allah, kita dituntut untuk lebih peduli dan lebih peka terhadap pelbagai masalah di sekitar kita. Kita dituntut untuk terus-menerus berusaha, agar baik hidup kita masing-masing, maupun kehidupan keluarga kita semakin bermutu, sehingga benar-benar menjadi garam dan ragi dalam masyarakat. Kita berusaha agar kita lebih mampu menjawab tantangan kehidupan masyarakat, dan memainkan peranan yang lebih nyata dalam pelbagai segi kehidupan bangsa kita, sehingga kehadiran kita sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan bukti nyata kasih karunia Allah.

Sehubungan dengan itu, Rasul Paulus menasihati agar kita menampakkan hidup baru, hidup yang bermutu, yaitu hidup bijaksana, adil, dan beribadah. Untuk menjalani hidup baru itulah, kita menumbuhkan, menghidupkan dan terus membina kualitas moral, spiritual, dan intelektual, dengan mengembangkan sikap arif, setiakawan, gotong royong, hidup adil dan benar, serta mengembangkan kehidupan keagamaan yang sejati dalam suasana rukun dan damai.

Marilah kita dengan penuh keyakinan melakukannya, karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah tampak (lih. Titus 2:11).

Selamat Hari Natal 25 Desember 1992
&
Tahun Baru 1 Januari 1993

Jakarta, November 1992