Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1990

“FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA”
(Yohanes 1:14a)

Segenap umat dan anggota jemaat Kristen Indonesia, baik yang berada di dalam maupun yang di luar Tanah Air!

1. Kita merayakan Natal 1990 ini dengan khidmat, penuh rasa syukur dan sukacita. Kita diingatkan lagi oleh berita Injil Yohanes, bahwa: “Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh. 1:14a). Firman yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah, bahkan yang ada adalah Allah (Yoh. 1:1), telah datang ke dunia. Ia datang ke dalam kehidupan manusia, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:7). Firman itu datang ke dalam kehidupan konkret manusia, yang diwarnai oleh akal-akal budi, sikap, dan perilaku manusia yang tercela, seperti kekerasan, kriminalitas, keangkuhan, egoisme dan sebagainya, untuk mengubagnya demi pembaruan hidup dan kehidupan manusia. Ia datang untuk memulihkan keadaan manusia yang telah rusak, karena manusia menolak kebenaran Firman Allah (Kej. 3; Rm. 1:25; 10:3). Di dalam Dia manusia kembali memperoleh kebebasannya dari dosa dan dapat memancarkan kemuliaan Allah. Semua ini menandakan betapa luhurnya manusia, yang diciptakan Allah sendiri menurut gambar dan citra-Nya (Kej. 1:26-28).

2. Kita bersyukur karena kini harkat dan martabat manusia semakin diperhatikan. Berbagai perkembangan dunia dewasa ini mencerminkan kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Kita menyaksikan berbagai tindakan kemanusiaan yang melampaui batas-batas perbedaan suku, bangsa, ras, agama, antargolongan bahkan ideologi yang dilakukan berbagai negara untuk membantu para korban bencana alam di Uni Soviet, Iran, dan Filipina. Demikian juga terjadinya perubahan orientasi politik di Eropa Timur karena meningkatnya penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia. Kita juga menyaksikan berkembangnya solidaritas masyarakat internasional terhadap korban-korban di Timur Tengah. Kita bergembira, bahwa di Tanah Air kita ada tanda-tanda yang menyatakan keprihatinan terhadap gejala-gejala ketimpangan sosial, yang masih terdapat dalam kehidupan bangsa kita, dan menjadi tanggung jawab kita semua. Kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan mulai tampak. Pembangunan manusia seutuhnya menjadi tujuan pokok pembangunan nasional. Pemerataan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan hasil-hasilnya oleh segenap rakyat diperjuangkan. Begitu pula semakin besar perhatian untuk wilayah Indonesia Timur, dan pemberian bantuan dari golongan ekonomi kuat untuk golongan ekonomi lemah dan lain-lain.

3. Kita bersyukur, berkat Firman yang menjadi manusia itu, kita didamaikan kembali dengan Allah. Inilah kebesaran kasih karunia Allah, sehingga kita layak disebut sebagai putra-putra Allah (1Yoh. 2:1). Di dalam Yesus Kristus kita memperoleh hidup sejati dan memperolehnya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10). Namun, Ia juga menghendaki agar kebahagiaan yang kita peroleh itu kita sampaikan juga kepada orang-orang lain, kepada sesama kita, seperti dilakukan oleh Yesus semasa hidup-Nya. Kita dapat mewujudkannya dengan berbagai daya dan upaya, yang memperlihatkan kepekaan dan kepedulian kita terhadap keadaan sekeliling kita. Dengan demikian, perayaan kelahiran Yesus Kristus ini dapt menjadi titik tolak usaha kita, untuk lebih memperlihatkan kemuliaan Allah, dalam langkah dan perbuatan kita.

4. Berkenaan dengan itu, kami Konferensi Waligereja Indonesia dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, menyampaikan harapan-harapan kami:

• Hendaknya kita tetap setia ikut meneruskan karya keselamatan Yesus Kristus, yang memedulikan manusia seutuhnya, baik ketakwaannya kepada Tuhan, maupun kesejahteraan duniawinya. Baiklah kita terus-menerus berusaha memupuk dan menyuburkan sikap menghormati, menghargai dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, di mana saja kita berada;

• Hendaknya kita secara jujur bersedia mengoreksi diri, baik sebagai pribadi, maupun sebagai jemaat, dalam kaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab kemanusiaan itu;

• Hendaknya kita meningkatkan solidaritas untuk menegakkan harkat dan martabat manusia, yang dapat merosot akibat adanya kesenjangan dan ketimpangan-ketimpangan sosial;

• Hendaknya kita menyambut pengembangan pariwisata nasional, sebagai kesempatan untuk memperkokoh ikatan-ikatan antar manusia, melampaui batas-batas suku, bangsa, ras, agama dan golongan. Namun, kita juga waspada terhadap dampak negatifnya, yang dapat menggoncangkan jati diri dan nilai-nilai luhur manusia.

Demikian pesan dan harapan kami. Semoga Tuhan selalu berkenan menolong kita.

Selamat merayakan Natal Tahun 1990
&
Selamat menyongsong Tahun Baru 1991

Jakarta, November 1990