Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1989

“IA TINGGAL DI ANTARA KITA”
(lihat Wahyu 21:5)

Segenap umat dan anggota jemaat Kristen Indonesia, baik yang berada di dalam maupun yang di luar Tanah Air!

1. Dengan penuh khidmat dan rasa syukur kembali kita merayakan Natal. Dalam memperingati peristiwa ini kita mengutip Injil Yohanes: “Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita” (Yoh. 1:14). Sabda yang dari kekal bersama-sama dengan Allah (Yoh. 1:1-2) berkenan menjadi manusia. Ia hadir dan tinggal di antara kita. Bahkan, dalam wujud yang sangat sederhana, miskin dan papa, jauh dari segala kemewahan.

Paus menggambarkan Natal itu dengan kata-kata: “Yesus Kristus telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:7). Dengan tindakan itu Yesus tidak hanya memperlihatkan kerendahan hati-Nya, melainkan juga menampakkan kesungguhan-Nya untuk dekat dengan manusia, terlibat dengan ikhwal mereka. Itulah makna Natal yang kita renungkan kali ini.

Dengan lahir dalam kepapaan, Yesus menyatakan diri senasib dan sepenanggungan dengan manusia. Hal ini juga tampak dalam keseluruhan hidup-Nya. Ia selalu mendekati kelompok yang tersingkir dari masyarakat. Ia menunjukkan perhatian dan keprihatinan-Nya, dengan meringankan penderitaan mereka; dengan membesarkan hati mereka dengan menyatakan bahwa mereka akan memiliki Kerajaan Allah (Lukas 6:20).

2. Dalam merayakan Natal ini, kita mensyukuri adanya peningkatan taraf hidup sebagian rakyat. Juga semakin meningkatnya usaha pemerataan hasil-hasil pembangunan. Namun, kita tidak menutup usaha pemerataan hasil-hasil pembangunan. Namun, kita tidak menutup mata terhadap menipisnya solidaritas dan kesetiakawanan sosial di antara sesama warga masyarakat, juga di antara warga gereja. Masih cukup banyak yang hidup dalam kekurangan. Kesenjangan sosial semakin melebar. Bahkan, sekarang muncul gejala makin banyak orang miskin dalam hati nurani, dalam hal kesusilaan. Rasa berdosa dan rasa bersalah semakin menipis, sehingga orang terlalu mudah untuk memaafkan sendiri tindakannya yang salah.

Natal seharusnya menyadarkan umat kristiani akan makna kehadirannya dalam masyarakat: sebagai wujud solidaritas Tuhan, sebagai pernyataan perhatian-Nya terhadap semua saja yang miskin. Umat kristiani terpanggil untuk secara sendiri-sendiri dan bahu-membahu, bersama-sama dengan semua pihak: berusaha mempertahankan dan meningkatkan kemajuan yang telah dicapai; menumbuhkan kemandirian dan kedewasaan; memerangi kemiskinan jasmani dan rohani dalam segala bentuknya. Di samping itu, menanamkan sejak usia dini sikap kesetiakawanan; memupuk kebiasaan hidup sederhana, menjauhkan diri dari kemewahan yang berlebihan; menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran. Semua usaha ini hendaknya menjadi bagian dari perayan natal kita.

3. Sehubungan dengan ini, kami Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia dan Konferensi Waligereja Indonesia, menyampaikan harapan-harapan kami:

• Hendaknya kita terus berusaha, untuk memupuk dan meningkatkan kesetiakwananan sosial dalam lingkup keluarga, tempat kerja dan di mana kita berada;

• Hendaknya kita bekerja sama dengan semua pihak untuk mengusahakan kesejahteraan bersama, sehingga kesenjangan sosial dalam masyarakat semakin menyempit;

• Hendaknya mereka yang diberi anugerah kecukupan dan kelimpahan, selalu berusaha melaksanakan cara hidup sederhana, menjauhkan diri dari kemewahan dan pemborosan, yang dapat membangkitkan kecemburuan sosial. Berbagi dengan yang kurang beruntung adalah wujud solidaritas;

• Hendaknya kita mendoakan para pemimpin negara kita, para pemimpin dunia dan mereka yang mempunyai tanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan rakyat dan umat manusia; supaya mereka melaksanakan tugas pelayanan itu dengan setia dan penuh dedikasi.

4. Tuhan datang dan tinggal di antara umat-Nya. Inilah pesan yang dibawa-Nya:

• yang kuat mengulurkan tangan kepada yang lemah;
• yang kaya membantu yang miskin;
• yang kuasa melindungi dan memperhatikan yang lemah dan yang tidak memiliki apa pun

Dengan meresapkan dan melaksanakan pesan itu, kita melanjutkan karya Yesus, yang dinubuatkan Nabi Yesus, sebagaimana tertulis dalam Injil Lukas:

“Roh Tuhan ada pada-Ku
Oleh sebab itu Ia telah mengurapi Aku,
Untuk menyampaikan kabar baik
Kepada orang-orang miskin; Dan Ia mengutus Aku
Untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
Untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
Untuk memberitakan tahun rakhmat Tuhan telah datang”
(Lukas 1:18-19).

Selamat merayakan Natal Tahun 1989 dan
Selamat menyongsong Tahun Baru 1990

Jakarta, November 1989