Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1983

“YESUS KRISTUS DATANG SUPAYA MANUSIA MEMPUNYAI HIDUP, DAN MEMPUNYAINYA DALAM SEGALA KELIMPAHAN”
(Yohanes 10:10)

Segenap umat dan anggota jemaat Kristen Indonesia, baik yang berada di dalam maupun yang di luar Tanah Air.

1. Saat ini kita merayakan lagi Hari Natal. Hari Natal adalah hari peringatan peristiwa kehadiran Yesus Kristus di tengah-tengah kehidupan manusia. Kita diajak untuk bergembira, sebab “kesukaan besar telah diberitakan kepada semua bangsa” (Luk. 2:10). “Firman telah menjadi manusia dan diam di antara kita” (Yoh. 1:14) supaya “kita menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh. 1:16). Dengan kehadiran Yesus itu, manusia yang telah mati karena dosa, kini mendapatkan “napas hidup yang baru” (Yeh. 37:5; 1Yoh. 4:9-10). Yesus Kristus sungguh datang supaya “manusia mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10). Hidup yang diberikan oleh Kristus itu memungkinkan kita berada dalam persekutuan dengan Allah. Dan, pemberian-Nya itu begitu melimpahnya, sehingga mendorong kita untuk menyampaikannya kepada orang lain. Kelimpahan itu juga membuat kita “mempunyai Terang Hidup” (Yoh. 8:12), sehingga kita “berolah persekutuan seorang dengan yang lain” (1Yoh. 1:7). Namun, pemberian itu hanya dapat diterima melalui pertobatan dan iman kepada Yesus Kristus (Mark. 1:15).

2. Menjelang berakhirnya tahun 1983 ini, keadaan dunia pada umumnya dibayangi oleh peperangan dan ketegangan yang mengancam kehidupan. Krisis pangan, kerusakan lingkungan hidup, perebutan pengaruh dan kekuasaan, pertikaian senjata, ancaman perang nuklir, pertentangan rasial dan keagamaan, sangatlah memprihatinkan. Kita sendiri juga menghadapi bermacam-macam masalah: ketidakpastian dalam pelaksanaan hukum, munculnya suasana di mana kehidupan kurang, malahan tidak dihargai, makin besarnya jurang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin, pendidikan yang belum merata, pengangguran dan masalah-masalah kemasyarakatan lainnya yang rawan semua pihak menyadari bahaya yang mengancam kehidupan manusia ini. Semua pihak juga berkepentingan untuk membangun suatu dunia yang lebih adil, lebih damai sejahtera, dan lebih manusiawi.

Di dalam negeri kita sendiri, kita juga semakin giat melaksanakan pembangunan supaya masyarakt yang maju, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila dapat lekas terwujud. Tetapi semuanya juga mengetahui bahwa tugas ini bukanlah tugas yang ringan, bahkan merupakan tanggung jawab yang berat dan menakutkan. Tetapi, justru di sinilah peristiwa Natal menunjukkan kekuatannya. Dengan peristiwa Natal, pengharapan telah diletakkan di depan kita oleh Allah.

3. “Jangan takut, sebab sesunggunya Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan” (Luk. 2:10-11). Kedatangan Kristus telah membuka cakrawala baru bagi kehidupan manusia.

Dalam terang cakrawala baru itulah, kita menghilangkan ketakuan itu dan mmandang kembali kehidupan ini dengan berani dan penuh pengharapan. Yesus Kristus datang supaya kita mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Maka sebagai warga negara yang beriman, kita diminta untuk mewujudkan “hidup yang berkelimpahan di dalam Yesus Kristus” itu di dalam kehidupan bangsa dan negara kita. Segala daya upaya dan sarana hendaknya kita pergunakan sesuai dengan kehendak-Nya demi kesejahteraan bersama memerangi keserakahan manusia yang membuat jurang antara yang kaya dan miskin makin melebar, menegakkan keadilan sehingga setiap orang dapat memperoleh apa yang menjadi haknya dan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya, menghormati kehidupan sehingga setiap manusia dapat hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Ini merupakan pengalaman azas cinta kasih kristiani yang berani melupakan kepentingan diri sendiri untuk mengabdi kepentingan bersama. Peran serta kita dalam memajukan kesejahteraan bersama merupakan jawaban dan tanggapan kita atas kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia ini. Ia menginginkan kerja sama kita dalam mewujudkan kebahagiaan dan keselataman bagi umat manusia.

Memasuki tahun 1984 ini, kita diharapkan untuk lebih giat dalam pengabdian kita. Masih banyak masalah yang harus dibereskan dan harus dipecahkan. Masih banyak hal yang meminta perhatian kita. Sebagai pejabat, pegawai, pendidik, mahasiswa, pelajar, petani, ibu rumah tangga, dan sebagainya, kita harus ikut serta dalam pembangunan masyarakat yang sungguh manusiawi. Jika semua ini terjadi, maka peristiwa Natal sungguh-sungguh akan menjadi “surya pagi dari tempat yang tinggi untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut, dan untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai-sejahtera” (Luk 1:17). Inilah kelimpahan hidup dalam Kristus.

Selamat Hari Natal 1983 dan Selamat Tahun Baru 1984

Jakarta, Desember 1983