Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1981

“KESUKAAN BESAR UNTUK SELURUH BANGSA”
(Lukas 2:10)

Kepada segenap umat dan anggota jemaat Kristen Indonesia, baik yang berada di dalam maupun yang di luar Tanah Air.

Dalam rangka menyambut Hari Kelahiran Yesus Kristus tahun 1980 ini, kami ingin mengajak tahun ini kembali kita merayakan hari raya Natal. Setiap kali kita merayakan Natal kita dipenuhi kegembiraan karena kesukaan besar yang telah diberitakan kepada seluruh bangsa bahwa hari ini telah lahir bagi kita Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di Kota Daud (Lukas 2:11). Namun kelahiran Yesus Kristus juga merupakan peristiwa yang mengejutkan dan menakutkan. Para gembala terkejut dan sangat ketakutan karena kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mendorong mereka” pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana” (Lukas 2:9, 15). Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem juga terkejut dan sangat ketakutan mendengar Berita Kesukaan itu (Matius 2:2-3) karena khawatir dan merasa terancam kedudukannya. Kekhawatiran dan perasaan terancam ini mendorongnya “mencari Anak itu untuk membunuh Dia” (Matius 2:13).

Banyak orang menolak Berita Natal yang memang melampaui segala akal (Filipi 4:7), yakni bahwa “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yohanes 1:14) dan bahwa Tuhan “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:7). Tidak kurang pula yang menolaknya karena tidak bersedia memenuhi apa yang dituntut oleh kedatangan Tuhan, yaitu pertobatan (Markus 1:15) untuk hidup dalam hidup yang baru (Roma 6:4).

Dengan latar belakang itulah umat manusia, baik di Indonesia maupun di dunia umumnya, tahun ini mendengar kembali Berita Natal yang tetap segar itu:

“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbarin dalam palunga” (Lukas 2:10-12)

Di tengah-tengah kehidupan umat manusia, yang harapan-harapannya terganggu oleh bermacam-macam kekhawatiran, kita kumandangkan harapan Natal:

• Natal memberitakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita”. Itu berarti bahwa Tuhan bekerja dalam sejarah umat manusia, juga dalam sejarah bangsa kita. Dengan demikian kita memiliki pengharapan yang penuh yang mengatasi segala ketakutan dan kekhawatiran kita. Oleh sebab itulah kita dapat dan harus berjerih payah untuk ikut membangun masa depan.

• Natal memberitakan bahwa Tuhan “telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba”. Dengan sikap rendah hati, yang bebas dari kesombongan dan puas diri, kita bersama-sama meningkatkan kerukunan nasional demi membangun masa depan bersama yang lebih baik, sebagai pengamalan Pancasila.

• Natal memberitakan bahwa Tuhan “menjadi sama dengan manusia”. Itu berarti bahwa kita harus selalu menjunjung tinggi dan menghormati martabat dan harkat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan serta mengembangkan sikap harga menghargai antara sesama manusia.

• Natal memberitakan mengenai bayi yang “dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan”. Tuhan yang kaya raya itu mengungkapkan kehadiran-Nya dalam kesederhanaan, kemiskinan dan penderitaan yang dialami umat manusia. Oleh sebab itu, dengan tetap berpegang pada pola hidup sederhana, kita selalu memberikan perhatian utama kepada usaha-usaha untuk membebaskan manusia dari ketergantungan, kebodohan, dan kemiskinan tanpa menjurus kepada materialisme.

• Natal adalah berita “kesukaan besar untuk seluruh bangsa”. Oleh karena itu, kita harus mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam upaya untuk mengatasi ancaman-ancaman terbahadap kelangsungan kehidupan umat manusia, serta ikut melaksanakan ketertiban dnuaia yang berdadasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Marilah kita menerima kesukaan yang besar ini dan meneruskannya kepada semua orang demi kemuliaan nama Tuhan dan kebagaiaan umat manusia.

Selamat Hari Natal 1981 dan Selamat Tahun Baru 1982

Jakarta, November 1981