Pesan Natal KWI-PGI Tahun 1980

MENGAMALKAN ASAS KEKELUARGAAN DENGAN PENUH KASIH

Saudara-saudara, segenap umat dan anggota jemaah-jemaah Kristen Indonesia, baik yang berada di dalam maupun yang di luar Tanah Air.

Dalam rangka menyambut Hari Kelahiran Yesus Kristus tahun 1980 ini, kami ingin mengajak Saudara-saudara merenungkan pengalaman asas kekeluargaan dalam hidup kita sebagai bangsa dalam terang kedatangan Kristus.

Sejak dahulu kala, dalam kehidupan bangsa kita, kekeluargaan memang telah merupakan asas hidup yang sangat penting. Kekeluargaan juga merupakan unsur yang penting dalam hidup negara kita. Namun, untuk mengamalkan asas kekeluargaan itu dengan sungguh-sungguh, dan secara nyata di tengah-tengah pembangunan, kita masih menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Salah satu kenyataan yang sangat memprihatinkan dalam kehidupan bangsa kita waktu itu ialah, bahwa jutaan di antara bangsa kita masih hidup dalam kemiskinan yang benar-benar mencekam, karena di antara kita terdapat sebagian orang yang mengejar keuntungan sendiri dengan merugikan orang lain. Mereka tidak memiliki keprihatinan kepada sesamanya yang jauh lebih miskin, bahkan menghambur-hamburkan kekayaan secara menyolok. Sikap yang hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri serta yang tidak mempedulikan saudara-saudara sebangsa yang menderita rupaya masih banyak terdapat dalam tubuh keluarga bangsa kita.

Selain itu, kita juga menghadapi banyak hal lain dalam masyarakat kita yang kurang memberikan ruang bagi berkembangnya pengamalan asas kekeluargaan. Di antaranya ialah masih adanya ketakutan dan kurangnya kesempatan untuk dengan jujur dan tulus ikhlas menyampaikan kebutuhan, pendapat dan harapan.

Hal lain lagi ialah masih kuatnya hubungan timbal balik atasan-bawahan secara berlebih-lebihan.

Menghadapi kenyataan-kenyataan ini, kita perlu mengingat bahwa Injil Yesus Kristus secara khusus adalah Kabar Baik bagi orang miskin (Lukas 4:18). Sehubungan dengan itu, kami mengajak Saudara-saudara untuk menghayati kembalik makna kedatangan Kristus sebagai ungkapan Kasih Allah kepada dunia ini (Yohanes 3:16). Kasih inilah yang hendaknya menjiwai pelaksanaan asas kekeluargaaan, juga dalam kehidupan bangsa kita. Kasih itu pula yang hendaknya menjadi dasar bagi kita dalam menjalankan usaha-usaha belas kasihan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat kita. Tuhan memanggil kita untuk saling mengasihi: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 15:12).

Kasih menuntut kita untuk hidup dalam kesetiakawanan dengan Saudara-saudara kita yang miskin. Firman Tuhan mengatakan: “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1 Yohanes 3:17-18).

Dalam terang kasih itu kami mengajak Saudara-saudara untuk sungguh-sungguh turut serta menghayati dan mengamalkan asas kekeluargaan.

Di antaranya yang kiranya paling penting ialah:

1. Kita harus berani memerangi kebutaan dan kekerasan hati yang sering menjadikan kita tidak mampu dan tidak mau melihat sesama kita yang masih sangat miskin, yang jauh dari kita, tetapi lebih yang dekat kepada kita, seperti tetangga dan orang-orang yang serumah dengan kita.

2. Dengan penuh kesadaran kita melaksanakan pola hidup sederhana dan menghindarkan diri dari segala bentuk pemborosan. Karena pemborosan adalah perbuatan yang menyatakan ketidakpedulian terhadap sesama kita yang diimpit oleh kemiskinan.

3. Melalui jabatan, pekerjaan, dan tempat kita masing-masing dalam masyarakat, kita ikut serta sepenuhnya dalam semua usaha yang tujuan memerangi kemiskinan jasmani maupun rohani. Juga dalam upaya memeratakan kesejahteraan dan keadilan yang sedang dikembangkan oleh bangsa kita dalam rangka pembangunan nasional.

Tuhan yang telah menunjukkan kebesaran kasih-Nya dalam kedatangan-Nya dalam diri Yesus Kristus yang dilahirkan di kandang Betlehem, Tuhan pulalah yang akan menyertai usaha kita semua.

Selamat Hari Natal 1980 dan Selamat Tahun Baru 1981

Jakarta, 14 November 1980