Sebagai salah satu bentuk persiapan menuju pelaksanaan Indonesian Youth Day 2016, Komisi Kepemudaan Keuskupan Banjarmasin telah menggelar Jambore OMK Tingkat Dekenat di 3 dekenat Keuskupan Banjarmasin. Hal ini dimaksudkan untuk mengajak OMK belajar merefleksikan tentang salib Tuhan Yesus serta memetik nilai-nilai yang ada di dalamnya dan dilihat kemungkinan-kemungkinan proses menghidupinya sesuai dengan adat budaya mereka.
Dijelaskan oleh Rm. Teddy Indrayana Aer MSF, Ketua Komisi Kepemudaan Banjarmasin bahwa dalam Jambore OMK dekenat ini para orang muda diajak untuk melakukan 4 tahap refleksi tentang salib.
Pertama, orang muda Katolik diajak nobar (nonton bareng) film The Passion of Christ. Dalam tahap ini mereka diajak untuk merenungkan penderitaan Yesus, mulai dari pengadilan Sanhedrin hingga wafat Kristus di Bukit Kalvari. Melalui film ini diharapkan orang muda Katolik memiliki pemahaman lebih baik tentang jalan penderitaan Kristus dan semakin memahami makna salib.
Kedua, setelah menonton film tersebut mereka diajak untuk mendiskusikan nilai-nilai dari salib Kristus yang berkesan bagi mereka. Dari nilai-nilai yang diperoleh dalam diskusi itu, mereka lalu diajak untuk mendalaminya lebih lanjut dalam bentuk outbound. Misalnya: kalau mereka mengatakan bahwa nilai-nilai yang berkesan adalah solidaritas, bela rasa atau kesetiaan, maka dalam outbound mereka diajak mengalami sendiri makna nilai yang mereka sebutkan tersebut.
Sesudah melakukan outbound, mereka diajak masuk kembali ke dalam diskusi untuk menguji apakah nilai-nilai yang mereka sebutkan tadi sungguh sebuah nilai atau hanya merupakan suatu tindakan. Dipandu oleh tim Komisi Kepemudaan Keuskupan Banjarmasin, wakil-wakil OMK diajak untuk membuat penyaringan kembali dan merumuskan manakah yang sungguh merupakan nilai-nilai dari salib.
Dari nilai-nilai yang sudah tersaring tersebut, maka OMK diajak untuk mewujudkannya atau mengekspresikannya dalam bentuk salib. Terbentuk 3 refleksi salib dari 3 dekenat dan dibawa ke refleksi tingkat keuskupan. Dalam refleksi tingkat keuskupan ini yang dihadiri oleh para wakil OMK paroki, para pendamping dan tim keuskupan, ketiga bentuk refleksi tadi disatukan, dikembangkan dan didaratkan dalam konteks budaya Kalimantan Selatan, yakni dalam budaya Banjar dan Dayak.
Ketiga, dalam refleksi di tingkat keuskupan para peserta mendapat masukan dari beberapa narasumber yang dianggap kompeten dalam kedua budaya tersebut (Banjar dan Dayak) serta dari ahli teologi biblis untuk mendasarkan peristiwa salib menurut Kitab Suci. Akhirnya, para peserta menemukan bahwa nilai kasih adalah nilai yang paling menonjol dalam mayoritas tradisi Banjar dan Dayak untuk membangun kehidupan yang lebih baik di Kalimantan Selatan.
Nilai kasih ini ternyata juga merupakan hal yang diusung oleh arah dasar keuskupan Banjarmasin. Maka, melalui jambore orang muda Katolik ini hasil sinode keuskupan Banjarmasin yang mengusung nilai kasih diafirmasi oleh hasil refleksi OMK.
Keempat, pemaknaan nilai kasih ini divisualkan dalam bentuk salib OMK Keuskupan Banjarmasin. Palang horisontal berbentuk perahu yang diambil dari tradisi Banjar sebagai kota seribu sungai. Sungai sendiri merupakan simbol seorang ibu bagi suku Banjar kuno. Di sungai pula dipercayai ada saudara/saudari kembar orang Banjar. Perahu adalah lambang kesetaraan, kesederajatan karena di dalam sebuah perahu di pinggir sungai, orang Banjar biasa berbicara bersama untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Di atas perahu orang akan duduk sama sederajat. Maka, bentuk perahu dipilih dalam bentuk salib OMK sebagai simbol Allah yang merendahkan diri dan menjadi sama dengan manusia.
Di atas corpus Yesus ada salib sama sisi berwarna putih.Salib sama sisi itu dalam tradisi Dayak kuno disebut lapak lampinak. Lapak Lampinak adalah tanda keselamatan yang pada zaman dulu dipakai oleh para dukun Dayak kuno dalam ritus penyembuhan. Tanda Lapak Lampinak biasa ditempel di dahi orang sakit untuk penyembuhan.
Pada luka-luka Yesus di tangan dan kaki ada ukiran Dayak yang berarti kehidupan dan harapan.
Di bawah kaki Yesus ada ukiran bentuk hati dengan formula dua tangan berjabatan yang mewadahi 4 unsur kunci dalam arah dasar keuskupan Banjarmasin ( kontekstual, berdialog, inklusif dan transformatif dalam mewartakan kasih Allah).
Ada dua macam kayu yang dipakai dalam salib OMK ini. Palang salib dibuat dari kayu ulin yang melambangkan orang-orang asli Kalimantan Selatan karena kayu ulin hanya ada di Kalimantan. Sedangkan, corpus Yesus terbuat dari kayu jati yang melambangkan orang-orang pendatang. Kayu jati tidak ditemukan di Kalimantan, kebanyakan ditanam di pulau Jawa. (Harini B./Dokpen KWI)
Credit photo: Komkep K. Banjarmasin
